Konami dikenal sebagai pengembang game asal Jepang yang terkemuka di dunia. Karya mereka seperti Metal Gear, Silent Hill dan Pro Evolution Soccer telah mendulang kesuksesan besar. Namun di balik semua itu tersingkap ada tembok penjara di dalam perusahaan Konami.
Rahasia ini diungkap oleh media lokal setempat, Nikkei, yang mengupas mengenai horor di balik tembok perusahaan tersebut. Konami bahkan menerapkan sejumlah aturan ketat tak manusiawi untuk mendorong produktivitas karyawannya.
Dari laporan tersebut berikut daftar perlakuan Konami ke karyawannya:
- Seluruh karyawan yang berada di Number 8 Production Department (sebelumnya dikenal dengan nama Kojima Productions) tidak diperbolehkan untuk mengakses internet. Mereka hanya diizinkan mengirim pesan secara internal di perusahaan.
Hal ini dilakukan untuk mencegah keluarnya informasi tentang produksi game ke luar kantor. - Konami mewajibkan seluruh karyawannya yang ingin keluar dari kantor untuk makan siang saat jam istirahat harus menggunakan kartu absen.
Bagi karyawan yang terlambat kembali ke kantor, nama karyawan tersebut akan diumumkan di dalam perusahaan keesokan harinya. - Hampir di setiap sudut perusahaan dipasang CCTV / kamera pengawas, namun tujuannya bukan untuk keamanan, tetapi untuk mengawasi gerak-gerik dan kerja setiap karyawannya.
- Sebagian besar karyawan tidak memiliki E-mail kantor secara permanen dan E-Mail karyawan diganti setiap beberapa bulan sekali.
Kebijakan ini dilakukan agar karyawan Konami tidak dapat dihubungi perusahaan lain untuk ditawari pekerjaan. - Pegawai yang dilihat tidak lagi berkontribusi untuk Konami akan dialihkan ke posisi lainnya seperti petugas keamanan dan kebersihan di pabrik produksi mesin Pachinko.
Memang bergesernya budaya konsumen bermain game di smartphone berpengaruh terhadap pemasukan perusahaan, namun cara Konami memperlakukan karyawannya dapat mencoreng nama besar mereka.
Itulah beberapa hal yang diungkap oleh Nikkei dari perusahaan Konami. Sampai berita ini ditulis Konami sendiri belum memberikan komentar apapun.
Shame on you, Konami..